Aku
sadar seutuhnya bahwa aku adalah seorang wanita. Sebagai anak sulung, tak heran
aku terlihat sangat ambisius. Aku ingin memberikan kontribusi terbaikku dalam
memperoleh kebaikan dan kemuliaan dari bidang pendidikan dan finansial power,
selagi masih single.
Dulu
aku memang memmimpikan untuk menjadi bintang. Seiring perkembangan
kedewassaanku, aku teringat kodratku sebagai wanita. Maka aku pun berkeyakinan
untuk tidak menjadi bintang yang bersinar sendirian. Aku akan menjadi energi
besar untuk membuat laki lakiku menjadi bintang yang paling bersinar. Entah bidang
apapun yang nantinya akan digeluti laki lakiku, aku pasti bisa mendukungnya
dengan kemampuannku.

Wah
calon cewe sibuk tuh, wanita karir dong itu mah. Eits, jangan salah, aku pun
belajar masak. Kata bosku masakanku enak (modus biar dimasakin) tapi cara
masaknya masih kaku kayak orang jarang masak. Hehehehe ketauan. Akupun mencuci
pakaianku dan membereskan kamarku sendiri (ayaiyalah, sapa juga yang bakal
bersihin cuy!).
Apapun
itu, mimpiku sederhana. Hanya ingin jadi wanita yang bisa berkontribusi dalam
bidang pendidikan dan finansial power. Ingin jadi wanita yang menghambakan diri
pada Allah dan menjadi istri yang soleha. Aku tak keberatan menjadi istri yang
mengurus rumah. Makanya selagi masih single aku mencari tau tentang apapun yang
ingin aku ketahui tentang dunia ini. “Sesungguhnya perbaikan separuh dari jumlah
masyarakat yang ada, bahkan sebagian besarnya tidak akan pernah bisa dipisahkan
dari peran wanita”. Gw suka banget kutipan dibawah ini:
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ
لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ
عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ
“Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu
dan memberi maaf kepadamu”. (Al-Baqoroh:187)
Seorang laki-laki lebih
cenderung menggunakan akalnya di dalam mengatur urusan keluarga. Adapun seorang
Wanita lebih cenderung menggunakan perasaannya di dalam mengatur semua
permasalahannya, termasuk mengatur masalah urusan rumah tangga. Wanita yang
mencintai suaminya dan yang subur keturunannya, maka itulah Wanita yang
didambakan, karena rasa cinta, kasih sayang yang ada pada diri seorang Wanita
dalam mengelola rumah tangga adalah salah satu bentuk rahmat yang nantinya akan
dapat mengarahkan anak ke jenjang yang lebih baik. Dan adanya anak di suatu
rumah itu tidak lain adalah benar-benar sebagai pengobatan hubungan yang mulia
yang mengikat antara suami dan Wanita.
Sesungguhnya keberadaan seorang anak pada
setiap tahapan dari beberapa tahapan yang dijalani suami Wanita adalah sebagai
penguat unsur-unsur yang mengikat di antara keduanya (suami Wanita) dan sebagai
pembaharu ikatan yang merajut antara mereka berdua.
Dan setiap kali bertambahnya rasa cinta
dan penghormatan di antara mereka berdua, maka hubungan tersebut akan semakin
bertambah (kuat) sehingga menjadi pasangan yang sejati.
Sehingga akhirnya sang Wanita menjadi
pendamping setia bagi sang suami di dalam mengarungi bahtera kehidupannya yang
panjang, dan dia menjadi tempat mencurahkan rahasia sang suami. Karena manusia
secara tabiatnya mencari teman yang baik dan dekat untuk membuka semua
rahasianya dengan berterus-terang.
Kelanggengan hubungan suami Wanita yang
selalu diiringi rasa cinta, menuntut seorang Wanita untuk melakukan pekerjaan
yang begitu banyak, baik yang berkaitan dengan materi maupun ma’nawi. Di
antaranya yaitu:
1. Menertibkan dan mengatur rumahnya
dengan suatu cara yang memuaskannya, tetapi wajib pula baginya untuk meminta
pendapat/perhatian dari suaminya, dan jika suaminya menyetujui, maka itulah
yang diharapkan.
2. Wajib bagi Wanita untuk berusaha sekuat
tenaga untuk lebih proporsional di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan tidak
mempersoalkan kekurangan-kekurangan yang ada pada suaminya. Wajib baginya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan ini dengan cara tidak memberitahukan kepada
suaminya. Maka seandainya seorang suami tidak memperhatikan dalam meletakkan
pakaian pada tempat yang semestinya dan dia meletakkan pakaian-pakaian tersebut
di atas kursi dan sofa, maka mau tidak mau sang Wanita dituntut untuk mengambil
dan meletakkan pada tempatnya yang sekiranya tempat tersebut dapat menjaga
keindahan/keserasiannya. Bila kebiasaan itu telah terjadi dan Wanita sedang
dalam keadaan sakit, maka sang suami merasakan kesusahan, dia akan berusaha
untuk menggantikan posisi sang Wanita dalam mengurus rumahnya, dia akan
meletakkan pakaian pada tempat yang semestinya dan mulai dari sanalah dia akan
melaksanankan kebiasaan yang baik tersebut.
3. Sang Wanita wajib merasa bahwa dia
adalah suaminya dengan tujuan untuk saling melengkapi antara yang satu dengan
yang lain, maka sang Wanita dituntut lebih mempersembahkan rasa cinta dan kasih
sayang dan begitu pula sang suami harus berkorban dengan jiwa dengan penuh
tanggung jawab, keperkasaan dan keberaniannya.
4. Jika keduanya sudah sampai pada
perasaan yang sedemikian rupa, menyadari mereka sebagai dua jenis yang saling memahami
dan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya, maka mereka berdua
akan hidup bahagia sepanjang hayatnya.
5. Seorang Wanita wajib setia, tidak egois
seperti halnya dia seharusnya tidak menuntut macam-macam kepada suami, seperti
membebani suami dari berbagai segi, baik itu berupa materi maupun ma’nawi.
Sebagai contoh jika suaminya seorang pegawai dan dia tahu gajinya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, maka hendaklah ia tidak meminta beberapa
permintaan berat yang dapat menyusahkannya, sehingga terkadang seorang suami
mengadu kepada salah seorang temannya untuk meminjam uang agar dia tidak
diketahui kekurangannya oleh sang Wanita.
6. Seorang Wanita wajib menghilangkan
tabir penghalang yang ada pada mereka berdua, sekiranya keduanya menjadi sebuah
lembaran kertas yang putih di hadapan yang lain, mengungkapkan perasaan
kepadanya dalam menghadapi semua masalah yang ada, dan sesungguhnya jiwa
keterbukaan yang ada pada mereka berdua itu dapat menenangkannya dan dapat
membersihkan setiap keduanya di hadapan yang lain dengan penuh kebebasan dan
penuh kemerdekaan.
Komentar
Posting Komentar